Sabtu, 05 November 2011

MAKALAH

INSECTA
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Dari Mata Kuliah Zoologi Invertebrata
Dosen : Sumiyati Sa’adah, M.SI
Oleh
Oleh
Nama : Sesep Pahmi Hasani
Nim : 1209206068
Kelas/Smt : Biologi B / II
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2010
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Bismillahirrahmaanirrahim
Segala puji hanya bagi Allah Tuhan seluruh alam, shalawat beserta salam
semoga tercurahkan kepada Nabi Muhamad SAW. Karena atas karunia dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah Zoologi Invertebrata yang telah
membimbing dan mencurahkan ilmu kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, walaupun dalam proses penyusunannya penulis
mengalami berbagai kesulitan. Makalah ini akan membahas tentang Insecta.
Tetapi sangat dimungkinkan dalam penyusunannya masih banyak
kekurangan, baik dalam penyajian materi maupun dalam penulisan, untuk itu
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan,
demi lebih baiknya karya yang selanjutnya.
Penulis berharap, mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat bagi kita
semua. Amiin.
Wassalamualaikum, wr. wb
Bandung, Desember 2010
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan........................................................................ 1
D. Manfaat Pembahasan...................................................................... 2
BAB II INSECTA
A. Pengertian Insecta ........................................................................... 3
B. Anatomi dan Morfologi Tubuh Dari Insecta................................... 3
C. Cara Reproduksi dan Siklus Hidup Dari Serangga....................... 23
SIMPULAN ................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 32
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang Masalah
Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama
dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang), karena itulah
mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani, berarti "berkaki enam").
Serangga (insecta) memiliki jumlah spesies terbesar, melimpah dan tersebar di
darat, di berbagai habitat, kecuali di laut jumlahnya kecil, mempunyai
kemampuan untuk terbang. Ilmu mengenai peri kehidupan serangga disebut
entomologi.
Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000
spesies bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera),
170.000 spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa
lalat dan kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000
spesies bangsa kumbang (Coleoptera), dan 110.000 spesies bangsa semut dan
lebah (Hymenoptera).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah insecta itu ?
2. Bagaimana anatomi dan morfologi tubuh dari insecta itu ?
3. Bagaimana cara reproduksi dan siklus hidup dari insecta ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Pengertian serangga
2. Anatomi dan morfologi tubuh dari serangga
2
3. Cara reproduksi dan siklus hidup dari serangga
D. Manfaat Pembahasan
1. Lebih mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan insecta, serta
segala sesuatu yang berhubungan dengan insecta.
2. Untuk memenuhi tugas akhir dari mata kuliah zoology invertebrate
3
BAB II
INSECTA
A. Pengrtian Insecta
Menurut penafsiran para ahli, terdapat 713.500 jenis Arthropoda atau
sekitar 80 persen dari jenis hewan yang telah dikenal. Arthropoda (Arthos = ruas,
podos = kaki) yang berarti hewan yang kakinya bersendi-sendi atau beruas. Ruas
diantara dua sendi disebut dengan segmen. Adapun ciri-ciri umum Arthropoda
adalah mempunyai appendage atau alat tambahan yang beruas, tubuhnya bilateral
simetri yang merupakan endoskeleton. Biasanya ruas-ruas tersebut ada bagian
yang tidak berkitin, sehingga mudah untuk digerakkan. Sistem syaraf tangga tali,
coelom pada serangga dewasa bentuknya kecil dan merupakan suatu rongga yang
berisi darah.
Insecta merupakan invertebrata yang dapat hidup ditempat kering dan
merupakan invertebrata yang dapat terbang, siklus hidupnya relatif singkat, dalam
keadaan yang baik, jumlah serangga dapat berlipat ganda dalam waktu singkat.
Banyak serangga berguna bagi manusia tetapi lebih banyak pula yang
merupakan musuh manusia. Yang berguna bagi manusia adalah lebah madu,
serangga pengunjung bunga yang berguna dalam penyerbukan serta serangga
parasit, yaitu serangga pemakan hama. Yang merupakan serangga parasit adalah
serangga yang merusak tanaman budidaya, serangga pemindah penyakit seperti
nyamuk Anopheles, vektor penyakit malaria, lalat tse-tse vektor penyakit tidur.
B. Anatomi dan Morfologi Tubuh Dari Insecta
Pada klasis insekta, terdapat ciri-ciri khas antara lain : mengalami
metamorfosa, kerangka luar tubuh berupa integumen yang keras atau
endoskeleton yang tersusun dari lapisan khitin dan protein; tubuh yang beruas4
ruas tergolong kelompok Arthropoda; tubuh terdiri dari tiga segmen, yaitu caput,
thorax dan abdomen; thorax terdiri dari tiga ruas yaitu prothorax, mesothrax dan
metathorax; pada serangga dewasa terdapat dua pasang sayap yang masingmasing
terdapat pada meso dan metathorax; pada ruas thorax masing-masing
terdapat satu padang kaki.
Tubuh Arthropoda primitif dapat dibedakan dalam tiga bagian, yaitu
prostomium (bagian anterior dan tidak bersegmen), tubuh secara umum (bagian
terbesar dan bersegmen). Sedangkan pada serangga terdapat pengelompokan
segmen, yaitu bagian caput atau kepala yang terdiri dari 6 segmen, 3 segmen
membentuk thorax, dan biasanya membentuk bagian abdomen.
Tiap ruas memiliki 3 bagian yang jelas dapat dibedakan, yaitu bagian
tergum yang letaknya disebelah punggung (dorsal), sternum disebelah bawah
badan (ventral) dan pleuron yang menghubungkan kedua bagian yang telah
disebut di sisi kanan dan kiri tubuhnya (lateral). Dinding tubuh terdiri dari satu
lapis sel dan di sebelah luarnya terletak lapisan kutikula yang dihasilkan oleh selsel
dinding tubuh itu sendiri.
Kutikula ini kadang-kadang lemas dan halus, tetapi pada umumnya pada
bagian-bagian tertentu mengeras dan memebentuk lembaran (plate) yang disebut
sklerit. Sedang garis-garis yang membatasi sklerit-sklerit disebut suture.
Lembaran sklerit pada bagian tergum disebut tergit, pada pleuron disebut pleurit
dan pada sternum disebut sternit. Lapisan kutikula tidak homogen sifatnya, tetapi
terdiri dari 2 lapisan primerm yaitu endokutikula dan eksokutikula dan yang
paling luar dilindungi lapisan yang amat tipis yang disebut epikutikula. Lapisan
endo dan epikutikula tersusun dari bahan-bahan yang bersifat khitin, sedangkan
ephikutikula dari bahan-bahan nonkhitineus. Epikutikula merupakan lapisan yang
impermeabel terhadap air, dapat menjadi pelindung terhadap kekeringan,
kelembaban yang tinggi dan infeksi.
5
1. Kepala (caput)
Kepala serangga berbentuk kapsul. Batas antara segmen asli sudah tidak
nampak lagi kecuali sutura post-oksipetal yang terdapat di belakang kepala.
Kepala merupakan bangunan yang kuat yang dilengkapi dengan alat mulut, antena
dan mata. Sedangkan bagian dalamnya berisi otak yang terlindung dengan baik.
Bagian belakang kepala (posterior) dari permukaannya terdapat lubang yang
disebut : foramen magnum.
1.
Kepala dibagi atas lima bagian, yaitu :
a. Bagian pembungkus kepala (Capsula caput)
Pembungkus kepala terdiri dari bagian-bagian keras, dimana satu
dengan lainnya berhubungan rapat. Pembungkus kepala dapat dibagi atas :
dahi (frons), dahi bawah (clypeus), bibir muka (labrum), bagian atas
kepala (epicranium) dan bagian pipi (gena).
6
Ada dua bentuk kepala serangga : Bentuk kepala arah ke bawah
(caput hypogonatha) misalnya pada belalang; Bentuk kepala arah ke muka
(caput prognatha) misalnya pada kumbang yang bersayap keras; Bentuk
kepala memanjang menuju belakang diantara tungkai depan (caput
opistorinkus).
b. Sungut (Antena)
Sungut pada serangga ada sepasang. Letaknya di bagian muka
kepala diantara dua mata majemuk. Pangkal antena (scape) adalah suatu
areal membraneus dari dinding kepala dan berporos pada bagian antenifer.
Bagian antena terdiri dari scape (ruas I), pedisel (ruas II), dan flagellum (>
ruas III). Ada beberapa tipe antena:
Annulated, pertumbuhan terjadi dimulai pada bagian dasar
flagellum. Pada Pterigota dan Thysanura, antena digerakan oleh otot
levator dan depressor, mulai pada anterior tentorium dan disisipkan ke
scape, dan oleh otot flexor dan ekstensor, mulai dari scape dan disisipkan
ke pedisel. Tidak terdapat otot pada flagellum dan hanya terdapat serabut
syaraf yang melintas flagellum yang dihubungkan dengan ujung otot.
Semata-mata adalah alat sensori.
7
Segmented, pertumbuhan terjadi dimulai pada ujung antena. Sama
dengan tipe annulated tapi pada bagian flagellum terdapat depresor dan
rerfaktor. Jadi terdapat juga lefator, depressor, ekstensor dan fleksor.
Pertumbuhan antena ada yang bertambah dan ada yang tidak. Pada
Orthoptera, nymfa mempunyai 13 ruas antena dan pada dewasa
mempunyai 25 ruas antena. Pertumbuhan ini terjadi pada pangkal
flagellum yang disebut meristom. Antena tipe annulated terdapat organ
Johnston dan organ chordotonal yang berfungsi menggerakan flagellum.
Selain itu terdapat organ sensilia yang merupakan rambut sensori yang
berfungsi sebagai indera atau perangsang.
c. Bagian mulut
Alat mulut pada dasarnya terdiri dari 4 bagian, yaitu : labrum,
mandibula, maxilla dan labium. Bentuk sungut bermacam-macam, yaitu :
alat mulut penggigit dan pengunyah, alat mulut pencucuk dan pengisap,
alat mulut penjilat dan pengisap dan alat mulut pengisap.
d. Mata
Mata pada serangga terdiri dari mata majemuk (compound eyes)
dan mata tunggal (ocelli). Mata tunggal pada larva holometabola terletak
di lateral kepala disebut stemmata, jumlahnya ada 6 atau 8. Mata tunggal
8
pada belalang terletak di frons. Mata majemuk terdiri dari kelompok unit
yang masing-masing tersusun dari sistem lensa dan sejumlah kecil sel
sensori. Sistem lensa ini fungsinya untuk memfokuskan sinar menuju
elemen fotosensitif dan keluar dari sel sensori berjalan ke belakang
menuju lobus optik dari otak tiap faset terdiri dari satu unit yang disebut
ommatidia. Masing-masing ommatidia terdiri dari bagian optik yang
terdiri dari lensa kutikuler dan membentuk lensa cornea biconveks dan
dibawah kornea terdapat 4 buah sel semper, pada kebanyakan serangga
menghasilkan crystallin cone. Cristalin cone dan bagian sensori terdiri dari
sel retinula, rhabdomere, sel pigmen sekunder dan serabut syaraf.
Fungsi mata manjemuk dalam perbedaan penerimaan intensitas
cahaya : Aposisi (Photopical), yaitu suatu adaptasi sinar terang pada
seranggal diurnal. Superposisi (Scotopic), yaitu adaptasi sinar lemah
(gelap) pada serangga nokturnal.
2. Thorax
Bagian ini terdiri dari tiga segmen yang disebut segmen toraks depan
(prothorax), segemn toraks tengah (mesothorax) dan segmen toraks belakang
(metathorax). Pada serangga bersayap, sayap timbul pada seg,en meso dan
metatoraks, dan secara kolektif dua segmen ini disebut sebagai pterotoraks.
Protoraks dihubungkan dengan kepala oleh leher atau serviks.
3. Sayap
Sayap merupakan pertumbuhan daerah tergum dan pleura. Sayap terdiri
dari dua lapis tipis kutikula yang dihasilkan oleh sel epidermis yang segera hilang.
Di antara kedua lipatan tersebut terdapat berbagai cabang tabung pernafasan
(trakea). Tabung ini mengalami penebalan sehingga dari luar tampak seperti jarijari
sayap. Selain berfungsi sebagai pembawa oksigen ke jaringan, juga sebagai
penguat sayap. Jari-jari utama disebut jari-jari membujur yang juga dihubungkan
dengan jari-jari melintang (cross-vein). Jari-jari sayap ini mempunyai pola yang
9
tetap dan khas untuk setiap kelompok dan jenis tertentu dengan adanya sifat ini
akan mempermudah dalam mendeterminasi serangga.
4. Tungkai / kaki
Tungkai-tungkai toraks serangga berslerotisasi dan selanjutnya terbagi
dalam sejumlah ruas. Secara khas terdapat enam ruas yang terdiri dari : koksa (cx)
sebagai ruas dasar; trokanter (tr) terdiri dari ruas kecil (biasanya dua ruas) sesudah
koksa; femur (fm), basanya ruas pertama yang panjang dari tungkai; tibia (tb),
ruas kedua yang panjang; tarsus(tr), biasanya sederet ruas-ruas yang kecil
dibelakang tibia; dan pretarsus (ptar) terdiri dari kuku-kuku dan berbagai struktur
serupa bantalan atau serupa seta pada ujung tarsus. Sebuah banta;anm atau
gelambir antara kuku-kuku biasanya disebut arolium, dan bantalan-bantalan yang
terletak pada dasar kuku-kuku disebut pulvili.
5. Abdomen
Pada umumnya, abdomen pada serangga terdiri dari 11 segmen. Tiap
segmen dorsal yang disebut tergum dan skleritnya disebut tergit, sklerit ventral
atau sternum adalah sternit dan sklerit pada daerah lateral atau pleuron disebut
pleurit. Lubang-lubang pernafasan disebut spirakel dan terletak di pleuron. Alat
kelamin serangga terletak pada segmen abdomen ke 8 dan 9, dimana segmensegmen
ini mempunyai kekhususan sebagai alat untuk kopulasi dan peletakan sel
telur.
10
Alat kopulasi pada serangga jantan dipergunakan untuk menyalurkan
spermatozoa dari testes ke spermateka serangga betina. Bagian ini disebut
aedeagus. Pada serangga betina, bagian yang menerima spermatozoa disebut
spermateka. Di tempat ini, sperma dapat hidup sampai lama dan dikeluarkan
sewaktu-waktu untuk pembuahan.
Alat pelengkap pada serangga jantan berupa klasper atau alat pemegang.
Klasper berasal dari bagian yang disebut paramer dan bukan dari stilus. Pada
serangga betina, suatu alat yang disebut dengan ovipositor berasal dari paramer.
Paramer adlah sepasang penonjolan yang berasal dari sternum 10. penonjolan ini
merupakan pertumbuhan baru yang tidak sama dengan stilus atau anggota
abdomen lainnya.
Sepasang tonjolan di tengah saling mendekati dan kemudian bersatu
membentuk saluran aedeagus. Pada kelompok serangga tingkat rendah, pasangan
ini masih belum bersatu (Dermapetra dan Dictyoptera). Bagian tepi kemudian
terpisah dengan adanya persendian yang memungkinkan adanya pergerakan di
antara kedua bagian baru tersebut. Pada serangga betina, lubang kelamin
bermuara di belakang sternum ke-8. Lubang ini berjumlah satu kecuali pada
Ephemeroptera dan Dermaptera berjumlah dua. Jika lubang ini berada dibelakang
sternum ke-9 biasanya serangga tidak mempunya ovipositor. Telur diletakan
dengan ujung abdomennya dan terdapat pada Diptera, Lepidoptera dan
Coleoptera. Ovipositor terdapat pada serangga betina yang mempunyai lubang
genitalia di belakang sternum ke-8.
Makanan dan Pencernaan.
Berdasarkan tipe makanannya, serangga dikelompokan sebagai fitofagus,
zoofagus dan saprofagus. Serangga fitofagus memakan tumbuhan, sebagian
besar serangga termasuk dalam kelompok ini. Serangga tipe ini memakan
berbagai bagian tumbuhan seperti jaringan daun, batang, akar ataupun struktur
11
reproduksi. Serangga seperti halnya kupu-kupu yang memakan nektar atau produk
tumbuhan lainnya juga dikategorikan sebagai fitofagus.
Serangga zoofagus memakan hewan lain, termasuk sebagian besar
vertebrata dan invertebrata. Serangga yang memakan vertebrata umumnya berupa
parasit seperti fleas (Siphonaptera) atau nyamuk (Diptera). Namun terdapat juga
beberapa beberapa yang bersifat predator seperti kumbang selam (Coleoptera)
yang memakan ikan-ikan kecil. Sebagian besar serangga zoofagus memakan atau
memparasiti invertebrata lainnya, bahkan termasuk pula serangga.
Serangga saprofagus memakan materi-materi organik yang telah mati.
Serangga tipe ini berperan penting dalam siklus nutrisi pada lingkungan, seperti
pemakan bangkai yang umum (kecoa, Othoptera), pemakan kotoran (kumbang
dung, Coleoptera), pemakan tumbuhan mati (rayap, Isoptera), dan pemakan
humus (Collembola).
Beberapa serangga dapat berpindah kategori makan, seperti halnya pada
beberapa kumbang berbau (Hemiptera) yang biasanya memakan serangga lainnya
namun dapat berganti memakan jaringan tumbuhan jika tidak menemui mangsa.
Perilaku makan serangga ini dikategorikan sebagai omnivora.
Sistem pencernaan. Saluran pencernaan (usus) serangga merupakan
struktur dasar sistem pencernaan yang berupa pembuluh memanjang dari mulut
sampai anus. Usus dapat dibedakan dalam tiga bagian : usus depan (stomodaeum),
usus tengah (mesenteron), dan usus belakang (proctadeum). Bagian-bagian ini
biasanya dipisahkan oleh katup. Katup kardiak dibagian depan dan katup
pylorik dibagian belakang.
Usus depan memiliki bagian-bagian yang meliputi farings
(kerongkongan), esofagus, crop dan proventrikulus yang menyerupai katup.
Pada beberapa serangga seperti kecoa, proventrikulus dapat berotot yang
menyerupai tembolok dan mempunyai gigi untuk menghaluskan makanan.
12
Usus tengah tidak memiliki bagian-bagian seperti halnya usus depan,
namun sering berasosiasi dengan gastric caeca, yang dikenal sebagai kantung
buntu. Bagian dalam usus tengah seringkali memiliki membran peritrofik yang
berkitin dan bersifat semipermeabel. Membran ini membentuk lapisan pelindung
antara materi makanan dan sel-sel epitel yang rapuh. Membran ini tidak dijumpai
pada serangga-serangga pemakan cairan.
Usus belakang sangat bervariasi bergantung pada jenis serangga, tetapi
umunya terbagi menjadi pembuluh intestin dan rektum yang terhubung ke anus.
Struktur lain yang berasosiasi dengan usus meliputi sepasang kelenjar
saliva dengan pembuluh yang terhubung ke saluran pra oral, hipofarings, dan
13
tubulus malphigi yang bergabung dengan intestin sebelum katup pyloric. Tubula
ini membentuk organ utama ekskretori.
Pencernaan. Pencernaan dimulai ketika makanan bercampur dengan
enzim yang terdapat pada saliva. Beberapa pencernaan dapat terjadi secara
eksternal sebelum makanan dicerna dan ketika saliva disuntikkan ke jaringan
inang (contohnya, leahoppers, Homoptera) atau dijilatkan ke makanan
(contohnya, lalat rumah, Diptera).
Biasanya, makanan yang telah dicerna tahap awal akan bergerak sepanjang
crop yang kemudian tersimpan atau terus bergerak ke proventrikulus. Ketika
mencapai usus tengah, makanan akan bercampur dengan enzim-enzim utama
pencernaan. Kebanyakan aktivitas enzim terjadi di area gastric area.
Serangga sebagian besar memiliki enzim-enzim utama yang terdapat pada
hewan lainnya. Namun tidak semuanya dapat ditemukan pada satu spesies.
Serangga yang makanannya cukup variatif memiliki enzim-enzim tertentu yaitu,
amilase, maltase, lipase, invertase dan ekso- dan endopeptidase. Spesies
pemakan darah utamanya memiliki enzim proteolitik. Pada serangga pengebor
kayu dapat ditemukan selulase yang dapat menghancurkan jaringan kayu.
Kebanyakan serangga ini, contohnya rayap (Isoptera), menghasilkan selulase yang
dihasilkan mikroorganisme simbiotik yang hidup pada usus.
Setelah makanan dicerna, nutrien bergerak melalui membran peritrofik dan
diabsorbsi oleh epithelium usus tengah. Membran ini dimungkinkan dilalui cairan
dan larutan namun menghambat fragmen-fragmen yang lebih besar. Membran ini
juga melindungi abrasi sel-sel epitel. Beberapa kelompok serangga yang hanya
memakan makanan cair, seperti lalat penghisap darah dan kupu-kupu, tidak
memiliki membran peritrofik.
Pada usus belakang, sisa makanan yang tidak dicerna dibuang melalui
anus. Di sini rektum memainkan peranan penting dalam mengasorbsi kembali air
dan pelet feses dan membantu mempertahankan keseimbangan air dan garam pada
14
tubuh. Beberapa serangga akuatik seperti naiads capung (Odonata) juga memiliki
insang trakhea pada rektum yang berfungsi dalam respirasi.
Sistem Syaraf Insecta
Setiap sel hidup mampu menghantarkan rangsang dari satu sel ke sel
lainnya. Suatu sel syaraf mempunyai kekhususan sebagai suatu sel yang dapat
menghantarkan rangsangan dan dapat mengadakan perpaduan stimulus yang
datang dari luar ataupun dari dalam tubuh. Sel syaraf (neuron) terdiri dari tubuh
sel dan akson yang panjang. Sel syaraf berkumpul dan membentuk jaringan
syaraf. Secara keseluruhan, jaringan syaraf mempunyai fungsi sebagai berikut :
menerima informasi dari keadaan sekeliling dan dari tubuh serangga itu sendiri,
dan mengumpulkan semua informasi yang didapat kemudian
mengintegrasikannya. Kemudian hasil integrasi disampaikan ke otot yang
merupakan hasil reaksi serangga terhadap keterangan dari sekitarnya.
Jaringan syaraf dapat dibagi ke dalam jaringan syaraf pusat dan syaraf
tepi. Jaringan syaraf pusat terdiri sepasang rantai syaraf yang terdapat di
sepanjang tubuh bagian ventral. Pada setiap segmen terjadi suatu pengumpulan sel
syaraf tubuh yang disebut ganglion. Sedangkan saraf tepi terdiri dari tiga macam
sel syaraf, yaitu : 1) sel syaraf indera yang berfungsi membawa impuls dari alat
indera; 2) sel perantara yang membawa impuls antara sel syaraf; 3) sel syaraf
motor membawa impuls dari pusat integrasi ke otot.
Sel syaraf pada syaraf tepi terdapat pada bagian tepi ganglion. Tiga
kelompok ganglion yang terdapat di depan mulut (preoral) dapat dianggap sebaga
otak.
Jumlah ganglion yang menjadi otak terdiri dari : Protoserebrum sebagai
tempat integrasi dan juga mempunyai sel hormon; deuteroserebrum merupakan
ganglion yang menginversi antena; dan tritoserebrum tidak mempunyai daerah
intervensi khusus.
15
Sistem Otot Insecta
Otot merupakan daerah sel hidup, bentuknya memanjang dan mempunyai
fungsi khusus, yaitu menimbulkan ketegangan di antara dua bagian Protoplasma
mempunyai fibril yaitu suatu elemen yang dapat berkontraksi dan menimbulkan
ketegangan. Energi yang dipergunakan untuk kontraksi didapat dari pembakaran
karbohidrat. Serangga mempunyai sistem otot yang terdiri dari otot bergaris, dan
padanya tidak di dapatkan otot polos.
Hubungan syaraf dan otot pada serangga berbeda dengan vertebrata. Pada
serangga syaraf akan menempel pada seluruh panjang sel otot, sehingga proses
pengaktifan terdapat hampir diseluruh otot. Perubahan potensi tidak tampak
bergerak sepanjang dinding otot seperti pada vertebrata. Dapat dibedakan dua
proses kontraksi, yaitu kontraksi isomentri dimana panjang otot tidak berubah,
dan hanya jadi suatu tegangan; sedangkan kontraksi isotonis di mana tegangan
sama, tapi panjang otot yang berubah.
Biasanya satu impuls syaraf menyebabkan satu kontraksi, tetapi pada otototot
khusus dapat berosilasi pada frekuensi tinggi, sehingga otot dapat
berkontraksi beberapa kali sebagai akibat suatu impuls syaraf. Kecepatan otot
untuk berosilasi sangat tergantung pada sifat mekanikanya dan struktur tempat
otot melekat. Kontraksi otot membutuhkan energi metabolik, sehingga otot
mempunyai sistem trakhea yang baik. Hal ini terutama terjadi pada otot-otot
terbang di mana sistem respirasi traspesialisasi untuk mempertahankan suplai
oksigen selama serangga terbang. Pada kebanyakan otot, trakheolus berhubungan
rapat dengan bagian luar serabut otot.
Osilasi otot terbang : Otot Synchronous, setiap kontraksi otot terbang pada
Odonata, Otrhoptera dan Lepidoptera dihasilkan satu impuls syaraf. Otot-otot ini
disebut otot synchronous. Umumnya otot serangga termasuk tipe ini. Biasanya
frekuensi kepakan sayap dari serangga dengan otot terbang synchronous adalah
lambat, kira-kira tidak lebih dari 25 kepakan per detik; Otot Asychronous, pada
16
serangga yang mempunyai otot fibrillar, frekuensi kepakan sayap melebihi 100
hz. Hal ini mencirikan kontraksi sel otot tersebut, bahwa beberapa kontraksi
diakibatkan oleh tibanya suatu impuls syaraf. Otot-otot yang mempunyai ratio
kontraksi terhadap stimuli yang berbeda dari normal ratio (1:1) disebut
asynchronous.
Respirasi.
Sistem utama transport gas-gas pada serangga adalah sistem trakhea.
Sistem ini terdiri dari suatu seri pembuluh bercabang yang dinamakan trakhea.
Trakhea dibentuk menjadi kelompok-kelompok pada tiap-tiap segmen tubuh dan
terbuka kebagian luar tubuh melalui spirakel. Spirakel terbuka ke bagian batang
trakea. Pada serangga yang mampu terbang cepat seperti lalat rumah (Diptera),
batang trakheanya mengalami pembesaran, yang dinamakan kantung udara (air
sacs), berfungsi untuk meningkatkan ventilasi. Cabang trakhea keluar dari batang
trakhea pada masing-masing segmen dan semakin banyak dan halus cabangnya.
Akhirnya ujung-ujung hlus trakhea terbagi menjadi trakheoulus yang sangat halus
(diameternya kurang dari 1 mikron). Pembuluh kapiler halus ini kemudian
bercabang di sekitar sel-sel dan jaringan dan menembus ke dalam serat-serat otot.
17
Gambar spirakel yang terbuka keluar tubuh dikenal sebagai sistem
terbuka. Sistem terbuka ini mempunyai modifikasi yang beragam pada seranggaserangga
berbeda. Sistem tertutup terdapat pula pada serangga, dimana spirakel
menjadi non-fungsional atau tidak ditemukan sama sekali. Banyak serangga
akuatik yang belum dewasa memiliki sistem tertutup (contohnya mayflies,
Ephemeroptera dan stonefliesm, Plecoptera), dan sistem aliran selain spirakel,
yaitu jaring-jaring trakheolus halus yang terbentang di bawah kulit atau menuju
insang bagian luar. Bentuk khusus respirasi lainnya yang ditemukan pada
serangga akuatik termasuk penyimpan udara selam (contohnya, pada kumbang air
pemakan bangkai dan kumbang penyelam predator, Coleoptera), dimana suatu
selaput atau gelembung-gelembung air menempel pada beberapa bagian tubuh.
Plastron memungkinkan serangga tetap tinggal dalam air untuk waktu yang tak
terbatas. Sama halnya dengan gelembung pernafasan, pernafasan menggunakan
plastron mengandalkan difusi oksigen dari air ke dalam gelembung. Plastron
adalah suatu kerangka yang terdiri atas rambut-rambut kaku penolak air, atau
jaring-jaring kutikula. Serangga akuatik lainnya memiliki pembuluh udara yag
digunakan seperti snorkle untuk menghisap udara dari permukaan (contohnya,
larva nyamuk dan kalajengking air).
Proses Respirasi. Respirasi terjadi dengan cara difusi oksigen dan
karbondioksida melalui sistem trakhea, dibantu oleh ventilasi mekanis dari
trakhea abdominal dan kantung udara. Difusi oksigen ke sistem trakhea terjadi
18
karena turunnya tekanan oksigen pada ujung trakheoulus. Dengan cara yang sama,
karbondioksida juga berdifusi keluar melalui sistem trakhea.
Sirkulasi Darah
Di banyak hewan, seperti vertebrata, sirkulasi darah berupa pergerakan
melalui serangkaian pembuluh (vena, arteri, kapiler). Hal ini dinamakan sistem
tertutup.
Sebaliknya, serangga memiliki sistem sirkulasi terbuka. Darah serangga
mengalir langsung melalui rongga tubuh, dinamakan hemocoel, kemudian
menyuplai organ-organ dan jaringan-jaringan.
Sistem Sirkulasi. Pembuluh dorsal merupakan organ sirkulasi utama pada
serangga. Pembuluh ini terletak di bagian atas homocoel dan memanjang dari
bagian belakang abdomen ke arah kepala. Pembuluh ini terdiri dari dua bagian,
jantung pada bagian belakang dan aorta pada bagian depan. Jantung merupakan
organ yang bersekat-sekat, menyedot darah melalui lubang pada tiap sekat yang
dinamakan ostia. Kemudian jantung memompa darah kearah depan menuju aorta.
Aorta membawa darah ke depan dan mengalirkannya ke kapsul kepala.
Jantung sebagian besar serangga bagian bawahnya dibatasi oleh otot-otot
berbentuk sayap yang dinamakan otot alari. Otot-otot ini menghubungkan
jantung ke bagian lateral terga. Otot-otot ini dapat membentuk hampir
19
keseluruhan pemisah antara jantung dan rongga tubuh. Pemisah ini dinamakan
diafragma dorsal dan sekat-sekat yang menjadi bagian dari jantung dinamakan
sinus dorsal.
Pada beberapa serangga, organ pemompa terdapat pada toraks dan rongga
tubuh bawah. Organ torasik pemompa, ditemukan pada sejenis ngegat
(Lepidoptera), terdapat pada mesotoraks dan mengalirkan darah melewati sayap.
Pada banyak seranggan terdapat juga diafragma ventral, sama bentuknya dengan
diafragma dorsal, menghantarkan darah kembali ke bagian belakang dan ke arah
samping.
Darah. Darah serangga, dinamakan hemolimf, merupakan cairan
berwarna kuning atau hijau. Cairan itu mengandung plasma cair, dan sekitar 10
persennya terdiri dari sel-sel darah, atau hematosit.
Tidak seperti vertebrata, sebagian besar sel-sel darah serangga tidak
mengandung hemoglobin yang merupakan pembawa oksigen. Darah serangga
juga tidak berperan saat respirasi, kecuali pada kelompok tertentu seperti pada
spesies muda Chironomus.
Fungsi utama darah pada serangga adalah menghantarkan nutrien, sisa
metabolisme, dan hormon. Darah mengasorbsi nutrien dari sistem pencernaan dan
membawanya melalui rongga tubuh dan mensuplai jaringan-jaringan dan organorgan.
Sisa-sisa dari metabolisme pada tempat-tempat sel juga diasorbsi oleh
darah dan dibawa ke organ-organ ekskretori, untuk kemudian dibuang. Hormonhormon
dari kelenjar juga dihantarkan oleh darah ke tempat aktivitasnya. Lebih
dari itu, darah mempunyai peran dalam sistem kekebalan serangga, mempunyai
sel-sel terspesialisasi yang dapat membuang mikroorganisme berbahaya; dan juga
berfungsi dalam penyembuhan luka. Hal lainnya, pada metabolisme tertentu darah
menyimpan dan mengkonversi senyawa-senyawa (seperti, trehalosa disimpan dan
dikonversikan menjadi glukosa) dan berperan sebagai sumber tekanan (hidrolik)
20
untuk mengembangkan bagian-bagian tubuh selama proses ‘hatching’ dan
pertumbuhan.
Keberadaan indera sangat penting bagi serangga untuk mengenali
lingkungannya dan mengkoordinasikan aktivitas hidupnya, seperti; mencari
makanan, mencari pasangan kawin, menghindari musuh, membuat sarang, dan
melangsungkan fungsi-fungsi internal. Sejumlah organ-organ indera yang berbeda
menghasilkan suatu persepsi. Gabungan informasi dan stimulasi yang dihasilkan
oleh sistem syaraf pada akhirnya menciptakan perilaku.
Organ Indera.
Organ-organ indera bagi serangga meliputi organ penglihat, pembau,
perasa dan pendengar. Para ahli terminologi biasanya membagi organ-organ
tersebut ke dalam kategori yang paling mendasar yaitu fotoreseptor,
kemoreseptor dan mekanoreseptor.
Fotoreseptor. Fotoreseptor adalah indera pengelihat. Seluruh sel-sel
hewan sensitif terhadap cahaya, namun secara khusus pada serangga
terspesialisasi pada indera pengenal keberadaan cahaya, panjang hari, intensitas
cahaya, warna dan aspek-aspek lainnya.
Barangkali fotoreseptor yang paling kompleks pada serangga adalah yang
berhubungan dengan pembentukan citra (image), yaitu mata. Mata majemuk dan
mata sederhana (ocelli) adalah organ utama yang terdapat pada kepala sebagian
besar serangga. Mata majemuk diperkirakan hasil evolusi pada serangga bersayap
dan mata jenis ini tidak ditemukan pada serangga primitif tak bersayap. Mata
majemuk juga tidak terdapat pada tahap muda serangga yang paling maju
(Endopterygota). Hanya mata sederhana saja yang terdapat pada seranggaserangga
tersebut, dan sebagian besar serangga yang bermata majemuk biasanya
juga memiliki mata sederhana. Beberapa serangga tidak memiliki mata sama
sekali, namun mampu menangkap sinyal cahaya melalui kutikulanya (dermal
photoreception).
21
Kemoreseptor. Indera perasa (guastation) dan pembau (olfaction) bekerja
berdasarkan pendeteksian molekul-molekul tertentu oleh organ reseptor yang
kemudian menghasilkan impuls syaraf. Perbedaan antara indera perasa dan
pembau hanya terletak pada masalah jarak dari sumber. Dengan kata lain, indera
perasa dapat merasakan makanann ketika didalam mulut, namun ketika jauh dari
mulut, makanan tersebut hanya dapat dirasakan baunya oleh indera pembau.
Setelahnya mekanisme chemoreseption adalah sama.
Kemoreseptor biasanya terjadi pada bentuk-bentuk seperti paku atau
rambut pada berbagai bagian tubuh. Reseptor perasa merasakan molekul-molekul
dari bentuk cairan. Seringkali reseptor perasa berbentuk seperti rambut dan pada
ujung rambut itu terdapat ujung syaraf halus yang terdedah pada lingkungan.
Dibandingkan reseptor perasa, reseptor pembau kelihatannnya lebih menyerupai
pakun dan memiliki sejumlah besar ujung syaraf pada permukaan. Seperti dapat
diperkirakan, reseptor perasa terdapat banyak pada bagian mulut, walaupun
reseptor ini juga menyebar pada tarsi kebanyakan serangga, sehingga berguna
untuk mempermudah seranga dalam mendeteksi makanan. Reseptor pembau
terletak paling banyak pada antena serangga namun juga melimpah pada organ
tubuh (palpi) bagian mulut.
Mekanoreseptor. Mekanoreseptor, dinamakan sensila, meripakan struktur
sensori yang paling banyak pada serangga, ditemukan cukup banyak pada
permukaan tubuh. Sensila ini menyerupai bentuk rambut, pada kasus tertentu
dinamakan trichoid, atau sensila ini dapat menyerupai tenda (campaniform) atau
berbentuk keping (placoid).
Beberapa dari reseptor ini sensitif terhadap sentuhan dan berespon
terhadap tekanan dengan cara mengirimkan aliran impuls ke sistem syaraf. Sensila
ini dinamakan tonic. Reseptor lainnya berespon sebagian besar terhadap hal-hal
seperti vibrasi udara ataupun air. Sensila jenis ini disebut phasic. Beberapa sensila
yang terspesialisasi juga berfungsi dalam menerima informasi tentang posisi
22
relatif satu bagian tubuh terhadap bagian lainnya. Sensila seperti ini dinamakan
proprioreseptor.
Sebagian kecil mekanoreseptor tidak memiliki struktur eksternal yang
berhubungan dengannya. Sensila chordotonal terdiri dari bundelan sel-sel syaraf
bipolar yang melekat diantara dua permukaan pada integumen. Sensila ini
mendeteksi tekanan pada dinding tubuh dan pergerakan serangga. Sekelompok
sensila chordotonal yang terspesialisasi membentuk organ Johnston, yaitu suatu
struktur pada segmen kedua antena serangga dewasa yang merespon pergerakan
antena dan juga pendengaran. Organ pendengaran utama serangga dibentuk oleh
membran tympanum dimana getaran dapat dideteksi oleh sekelompok sensila
chordotonal. Organ tympanum ditemukan pada belakang (segmen pertama
abdomen), jengkrik (tibiae), ngengat (abdomen atau methathorax), dan beberapa
serangga lainnya.
Reseptor lainnya. Selain organ-organ indera yang telah dijelaskan diatas,
serangga juga memiliki reseptor untuk menangkap kelembaban dan temperatur
tertentu, walaupun sangat sedikit dan diketahui mengenai hal ini. Penangkapan
kelembaban udara dinmakan hygroreeption; level tertentu kelembaban dirasakan
beberapa serangga melalui rambut-rambut yang dapat mengasorbsi kelembaban.
Serangga ini memiliki indera pengenal temperatur dan menggunakan indera ini
untuk mencari lingkungan yang sesuai untuk melakukan aktivitas hidupnya.
Sebagai contoh kumbang pengebor kayu, spesies Melanophila (Buprestidae),
memiliki lubang sensori di bagian dalam mesothorax yang sensitif terhadap panas
pohon-pohon yang telah rusak oleh api, dimana kumbang ini menyukai jenis
pohon seperti itu. Reseptor geomagnetik dapat mendeteksi daerah bermagnet.
Reseptor jenis ini terdapat pada serangga-serangga seperti lebah madu yang
menggunakannya untuk berorientasi dan aktivitas lainnya. Namun, organ indera
yang digunakan pada geomagnetic reception belum dapat diidentifikasi melalui
electrophysiology.
23
Sistem Syaraf.
Sistem syaraf serangga berfungsi untuk menghasilkan dan mengalirkan
impuls elektrik, mengintegrasikan informasi yang diterima dan menstimulasi otot
untuk pergerakan. Sistem ini dibagi dua menjadi sistem syaraf dan sistem syaraf
visceral.
Sistem syaraf pusat. Pada dasarnya sistem syaraf pusat dibentuk dari
otak, terletak dikepala dan cord syaraf ventral yang memanjang dari otak ke
abdomen sepanjang dasar rongga tubuh. Sistem syaraf pusat mensupervisi dan
mengkoordinir aktivitas-aktivitas tubuh serangga.
Sistem syaraf visceral. Komponan utamanya adalah sistem syaraf
stomodeal. Sistem syaraf stomodeal mengkoordinasi aktiviras gut (usus) anterior
dan pembuluh dorsal. Sistem ini terdiri dari ganglion frontal yang terhubung ke
otak dan ganglia-ganglia kecil lainnya
C. Cara Reproduksi dan Siklus Hidup Insecta
Sebagian besar serangga bersifat diocious, yaitu memiliki individu jantan
dan betina yang mampu kawin untuk menghasilkan zygot (telur yang telah
difertilisasi). Namun dalam kasus yang tidak umum, terdapat juga beberapa
serangga yang bereproduksi tanpa gamet jantan. Bentuk reproduksi aseksual ini
dikenal sebagai partenogenesis.
1. Reproduksi.
Sistem Reproduksi Betina adalah sepasang ovari. Masing-masing ovari
biasanya terdiri dari satu bundel kelompok ovariol yang merupakan tempat
terbentuknya telur. Masing-masing ovariol melekat pada suatu benang yang
dinamakan filamen terminal. Sel-sel germinal berkembang sepanjang sel-sel itu
bergerak melalui pedisel (secara kolektif dinamakan kaliks) ke oviduct lateral
dan dilanjutkan ke oviduct. Dari oviduct, telur bergerak ke vagina, dimana telur24
telur itu dibuahi dan tertahan untuk tertanam. Organ-organ yang terlibat dalam
fetilisasi tersebut adalah spermateka yang berfungsi menerima dan menyimpan
sperma setelah kopulasi. Kelenjar spermateka yang melekat pada spermateka
mensuplai nutrisi untuk pemeliharaan sperma sebelum melebur. Adapun sepasang
kelenjar asesori mensekresikan zat adhesif dan penutup yang berfungsi
melingungi telur setelah dibuahi. Terdapat banyak sekali modifikasi reproduksi
betina ini tergantung pada kelompok serangga.
Organ utama sistem reproduksi jantan adalah sepasang testis, yang
terdapat pada posisi yang hampir sama dengan ovari betina. Masing-masing testis
terbentuk dari sejumlah saluran tubulus sperma. Sperma diproduksi pada tubulus
sperma dan bergerak melalui vasa deferensia dan dilanjutkan ke vas deferens.
Sperma bergerak berlanjut melalui vas deferens dan tertahan di suatu struktur
penyimpnan, semivenal vesikel. Disinilah sperma bergabung dengan hasil sekresi
sepanjang kelenjar asesori untuk membentuk semen. Pada beberapa serangga,
sperma tersimpan pada kapsul yang dinamakan spermatofor. Pada saat kopulasi,
semen dari versikel seminal bergerak melalui ejakulatori duct dan keluar melalui
penis.
2. Siklus hidup.
Serangga dikenal sebagai organisme yang memiliki kehidupan tinggi dan
mampu bertahan dari segala kondisi lingkungan yang ekstrem seperti kekeringan,
musim dingin, hujan, panas dan lain-lain. Hal ini dimungkinkan karena serangga
25
memiliki pola-pola hidup bawaan yang khas meliputi pola reproduksi,
pertumbuhan dan perkembangan individu-individu dalam populasi. Pola-pola
inilah yang dinamakan siklus hidup (life cycle).
Secara formal siklus hidup merupakan rantai atau serangkaian peristiwa
biologi yang terjadi selama hidup individu serangga. Siklus hidup biasanya
diawali oleh deposisi telur dan diakhiri dengan peletakkan sel telur oleh dewasa
betina. Cakupan siklus hidup dibatasi dalam satu generasi.
Selain siklus hidup juga dikenal dengan siklus musim (seasonal cycle).
Siklus musim merupakan serangkaian siklus hidup suatu spesies yang terjadi
selama periode satu tahun.
3. Metamorfosis.
Seiring pertumbuhannya, serangga mengalami berbagai perubahan besar
selama siklus hidunya. Proses perkembangan serangga sejak larva keluar dari telur
yang dikenal sebagai eclosion sampai menjadi individu dewasa dinamakan
metamorfosis.
Metamorfosis utamanya dipengaruhi oleh hormon yang dinamakan
hormon juvenil (HJ). HJ diproduksi oleh kelenjar asesori pada darah berfungsi
menekan karakteristik dewasa dengan cara mempertahankan struktur juvenil.
26
Suatu serangga yang memiliki kandungan HJ tinggi dalam darahnya akan
mengalami molting, namun akan tetap bertahan di tahap selanjutnya. Pada tahap
krisis pertumbuhan, kandungan HJ terhenti atau menurun ke level sangat rendah,
dan setelah molting berikutnya, serangga berkembang menjadi bentuk dewasa.
Dari sini dapat dilihat bahwa pertumbuhan dan perkembangan berhubungan erat,n
dengan pengendalian seluruh proses dilakukan oleh tiga enzim yang sangat
penting: hormon otakm ecdyson, dan hormon juvenil.
a. Model Tidak Bermetamorfosis.
Model tidak bermetamorfosis ditemukan pada serangga primitif tidak
bersayap (sub klas Apterygota), sebagai contoh. ‘springtail’, ‘silverfish’ dan
‘firebrats’, seperti halnya juga pada arthropoda non serangga lainnya. Dalam
kelompok ini, siklus hidupnya berlangsung mulai dari telur, juvenil kemudian
dewasa. Transisi dari juvenil pertama ke dewasa berlangsung secara
27
berangsur-angsur (gradual). Selama berlangsungnya siklus hidup, juvenil
tampak sangat mirip dengan dewasa, hanya saja berbeda terutama pada ukuran
dan proporsi tubuh dan tidak adanya alat kelamin yang fungsional. Pada
serangga ini, seluruh tahapan dapat ditemukan pada habitat yang sama, dan
makanan jenis juvenil sama dengan dewasa. Berbeda dengan serangga
lainnya, molting berlanjut pada tahap dewasa, dan karena betina kehilangan
penutup spermateka mengakibarkan serangga betina ini dibuahi beberapa kali
selama siklus hidupnya.
b. Model Metamorfosis Tidak Sempurna.
Model metamorfosis tidak sempurna adalah salah satu model di mana
tahap mudanya dapat menyerupai ataupun tidak menyerupai dewasanya,
memiliki ‘wing pad’ eksternal, dan kadang mempunyai ‘insang bertrakhea’
spesial yang memungkinkan respirasi dalam air. Terdapat beberapa variasi
pada tipe siklus hidup ini, tapi secara umum telur ditemukan disekitar perairan
dan tahap mudanya disebut dengan naiad, makan dan berkembang dalam air
tahap dewasa serangga ini dapat ditemukan terbang diatas atau disekitar
perairan, atau pada beberapa capung cukup jauh dari air.
28
c. Model Metamorfosis Sempurna.
Bentuk siklus hidup ini ditemukan pada serangga-serangga yang
berevolusi paling maju. Dalam hal ini, terdapat empat tahapan hidup yang
berbeda pada siklus hidup : telur, larva, pulpa dan dewasa. Keberadaan
tahapan larva dan pupa pada siklus hidup tipe ini merupakan aspek yang
paling mudah dibedakan dari tipe lainnya. Dengan beberapa kekecualian, larva
sangat berbeda dengan dewasa. Larva memiliki bentuk berbeda, belum
memiliki mata majemuk, mempunyai antena yang tereduksi, dan tidak
memiliki bukti-bukti eksternal keberadaan formasi sayap. Pada umumnya,
perkembangan sayap dimulai pada tahap larva awal tetapi terjadi secara
internal dari bentuk rudimen yang dikenal sebagai keping imajinal (imaginal
disks). Tahap pupa diwakili oleh suatu serangga yang biasanya dalam keadaan
‘berdiam diri’ / tidak aktif (sejumlah kecil spesies serangga memiliki pupa
yang aktif). Sebagian besar pupa non-aktif ditemukan di tempat tersembunyi,
habitat-habitat terlindung. Beberapa, seperti ngegat, ditemukan dalam kokon,
yaitu suatu lapisan penutup terbuat dari sutera yang dibuat oleh larva instar
terakhir (prapupa). Pupa Diptera yang lebih maju ditemukan dalam kulit larva
instar yang mengeras untuk membentuk pupa sebagai pelindung. ‘Wing pads’
muncul pada pupa, dan proses aktif histolisis dan histogenesis secara fisiologi
dilakukan secara internal selama tahap ini.
29
Evolusi pada tahap pupa telah memungkinkan perkembangan struktur
larva yang terspesialisasi namun tidak berlanjut pada tahap dewasa. Melalui
pengaturan ini, larva dan dewasa seiring berevolusi dalam arah yang berbeda,
dimana larva terspesialisasi dalam pengumpulan makanan dan dewasa
berkembang lebih jauh dalam arti bereproduksi dan melakukan penyebaran.
Selain itu, larva mengkonsumsi makanan lebih banyak dibandingkan serangga
dewasa, larva juga mengkonsumsi makanan yang berbeda sehingga dapa
mengeliminasi kompetisi yang terjadi antar tahapan.
Mayoritas pada siklus hidup yang bermetamorfosis sempurna, larva
pada seluruh tahapan memiliki perilaku yang serupa; mereka hidup pada
habitat yang sama dan mengkonsumsi makanan yang sama.
30
SIMPULAN
Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama
dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena
itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani, berarti "berkaki
enam"). Serangga ditemukan di hampir semua lingkungan. Insecta merupakan
invertebrata yang dapat hidup ditempat kering dan merupakan invertebrata yang
dapat terbang, siklus hidupnya relatif singkat, dalam keadaan yang baik, jumlah
serangga dapat berlipat ganda dalam waktu singkat.
Pada klasis insekta, terdapat ciri-ciri khas antara lain : mengalami
metamorfosa, kerangka luar tubuh berupa integumen yang keras atau
endoskeleton yang tersusun dari lapisan khitin dan protein; tubuh yang beruasruas
tergolong kelompok Arthropoda; tubuh terdiri dari tiga segmen, yaitu caput,
thorax dan abdomen; thorax terdiri dari tiga ruas yaitu prothorax, mesothrax dan
metathorax; pada serangga dewasa terdapat dua pasang sayap yang masingmasing
terdapat pada meso dan metathorax; pada ruas thorax masing-masing
terdapat satu padang kaki.
1. Reproduksi.
Sistem Reproduksi Betina adalah sepasang ovari. Masing-masing ovari
biasanya terdiri dari satu bundel kelompok ovariol yang merupakan tempat
terbentuknya telur. Organ utama sistem reproduksi jantan adalah sepasang testis,
yang terdapat pada posisi yang hampir sama dengan ovari betina. Masing-masing
testis terbentuk dari sejumlah saluran tubulus sperma.
2. Siklus Hidup
Insecta (serangga) mampu bertahan dari segala kondisi lingkungan
yang ekstrem. Hal ini dimungkinkan karena serangga memiliki pola-pola hidup
bawaan yang khas meliputi pola reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan
individu-individu dalam populasi. Selain siklus hidup juga dikenal dengan siklus
31
musim (seasonal cycle). Siklus musim merupakan serangkaian siklus hidup suatu
spesies yang terjadi selama periode satu tahun.
3. Metamorfosis
Seiring pertumbuhannya, serangga mengalami berbagai perubahan besar
selama siklus hidunya. Proses perkembangan serangga sejak larva keluar dari telur
yang dikenal sebagai eclosion sampai menjadi individu dewasa dinamakan
metamorfosis.
Model Tidak Bermetamorfosis.
Model tidak bermetamorfosis ditemukan pada serangga primitif tidak
bersayap (sub klas Apterygota), sebagai contoh. ‘springtail’, ‘silverfish’ dan
‘firebrats’, seperti halnya juga pada arthropoda non serangga lainnya.
Model Metamorfosis Tidak Sempurna.
Model metamorfosis tidak sempurna adalah salah satu model di mana
tahap mudanya dapat menyerupai ataupun tidak menyerupai dewasanya, memiliki
‘wing pad’ eksternal, dan kadang mempunyai ‘insang bertrakhea’ spesial yang
memungkinkan respirasi dalam air
Model Metamorfosis Sempurna.
Bentuk siklus hidup ini ditemukan pada serangga-serangga yang
berevolusi paling maju. Dalam hal ini, terdapat empat tahapan hidup yang berbeda
pada siklus hidup : telur, larva, pulpa dan dewasa.
32
DAFTAR PUSTAKA
Djarubito Brotowidjoyo, Mukayat. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga.
Harmadi. 1984. Zoologi untuk Sekolah Lanjutan dan Umum. Jakarta : CV
Yasaguna.
Radiopoetro. 1980. Zoologi. Jakarta : Erlangga.
Syamsuri, Istamat. 2001. Biologi SMU kelas 1. Jakarta : Erlangga.
Wahyu, Iwan. 2004. Biologi SMA kelas X. Bandung : Regina.
http : //wikipedia.com/hewan-invertebrate

Tidak ada komentar:

Posting Komentar